CBRE mengumumkan rencana penerbitan saham baru atau right issue jumbo sebanyak 68 miliar lembar saham. Jumlah lembar saham baru yang diterbitkan tergolong cukup jumbo mengingat jumlah lembar saham beredarnya hanya 5 miliar lembar. Lalu, apa yang akan terjadi dengan CBRE?
CBRE berencana melakukan dua aksi korporasi yang akan dibahas dalam RUPSLB pada 15 Juli 2025. Kedua rencana aksi korporasi itu antara lain:
Pertama, persetujuan untuk melakukan satu atau beberapa transaksi yang saling berkaitan dari pihak ketiga senilai Rp1,7 triliun untuk pengembangan usaha perseroan melalui penambahan armada.
Kedua, penerbitan saham baru sebanyak 68 miliar lembar saham. Adapun, rencana right issue CBRE disebut akan digunakan untuk menambah armada perseroan.
Selain itu belum ada fakta baru terkait rencana right issue jumbo CBRE tersebut.
Perkiraan Aksi Right Issue dan Kebutuhan Dana
CBRE melakukan right issue jumbo, yang kami estimasi nilai terendah bisa memiliki harga pelaksanaan sekitar Rp30 per saham, sedangkan tertinggi di Rp50 per saham. Dengan harga pelaksanaan Rp30 per saham, CBRE akan mendapatkan dana segar Rp2 triliun, sedangkan jika dengan harga Rp50 per saham, berarti nilainya mencapai Rp3,4 triliun. (asumsi harga Rp30 mengingat harga nominal Rp25, artinya harga pelaksanaan paling rendah harus sedikit di atas harga nominal tersebut)
Adapun, dengan penerbitan saham baru jumbo ini, 1 pemegang saham lama bisa berhak hingga 13 saham baru. Artinya, pemegang saham eksisting harus menyiapkan modal lebih besar hingga 10 kali lipat.
Dengan perhitungan ini, jika menggunakan asumsi harga pasar di Rp60, sedangkan harga pelaksanaan di Rp30, harga teoritis bisa turun ke Rp32 per saham. Lalu, jika menggunakan asumsi harga Rp50, harga teoritis juga turun ke Rp50 per saham.
Sementara itu, aksi right issue ini masih belum ada detail lagi karena baru tahap awal.
Penilaian Kami
Aksi right issue jumbo ini seharusnya memiliki pembeli siaga yang siap menjamin jika hak saham barunya tidak dieksekusi oleh pemegang saham publik.
CBRE juga disebut terafiliasi dengan Happy Hapsoro, suami Puan Maharani yang punya emiten RAJA dan RATU. Afiliasi ini muncul karena pemilik dari CBRE adalah Suganto Gunawan yang merupakan mitra di emiten perhotelan PSKT.
Dari segi risiko bisnis, CBRE dalam kondisi menghadapi kondisi tren bisnis yang lagi merugi sepanjang 2024 senilai Rp52 miliar. Dalam kondisi rugi itu, current rasio CBRE di bawah 1 kali, yakni 0,34 kali, dengan tingkat debt to Equity sekitar 1,24 kali.
Total utang CBRE sekitar Rp147 miliar dengan kondisi kas dan setara kas senilai Rp5 miliar. Dari segi catatan keuangan ada risiko dari bisnisnya tersebut. Namun, jika right issue ini rampung, bisnis CBRE bisa mencatatkan turnaround story.
Apalagi, dengan modal triliunan rupiah, CBRE bisa mencatatkan pertumbuhan bisnis yang lebih agresif.
Kekhawatirannya hanya di jumlah lembar saham yang jumbo sebanyak 68 miliar lembar. Namun, jika mayoritas publik tidak mengambil hak saham barunya, berarti porsi free float masih sedikit dan harga masih bisa terkendali oleh owner.
Antara peluang dan risikonya masih 50:50, tapi untuk masuk ke saham ini agak susah karena lagi di FCA dengan posisi antrian bid cukup besar.
TAHAPAN AKSI KORPORASI: Pengumuman rencana right issue tahap pertama dan belum dapat persetujuan RUPSLB